1. 1. Penyesuaian
diri dan Pertumbuhan
a. Penyesuaian
diri
Penyesuaian diri (adjustment)
merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan karena (1) penyesuaian
diri mengandung banyak arti, (2) criteria untuk menilai penyesuaian diri tidak
dapat dirumuskan secara jelas, dan (3) penyesuaian diri (adjustment) dan
lawannya ketidakmampuan menyesuaikan diri (maladjustment) memiliki batas
yang sama sehingga akan mengaburkan perbedaan diantara keduanya. Dengan
demikian, apabila kita mau menghilangkan kekacauan atau salah pengertian
mengenai apa itu penyesuaian diri, maka kita harus tahu konsep-konsep dasarnya.
b. Pertumbuhan
personal
Individu
sebagai manusia secara seutuhnya sudah pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Sebagaimana dalam proses pertumbuhannya manusia secara pribadi
mengalami berbagai penyesuaian diri yang mengikuti pertumbuhan dirinya
tersebut. Berikut berbagai faktor yang mempengaruhi bagaimana penyesuaian diri
itu sendiri dapat berkembang. Diantaranya:
- Penekanan Pertumbuhan Diri
Penekanan
pertumbuhan diri ini diartikan sebagai pertumbuhan sebagai bagian dari proses
tumbuhnya manusia yang meliputi persiapan organ – organ yang menjadi bagian
fungsional dalam tubuh manusia tersebut untuk dapat bekerja secara maksimal
inilah yang menjadi titik fokus dalam proses penyesuaian diri sepanjang hayat
manusia. Penyesuaian diri pada individu tidak akan terlepas dari bagaimana
proses pertumbuhan diri yang terjadi pada individu itu sendiri. Oleh karena
proses pertumbuhan diri yang terjadi pada individu yang satu dengan yang lain
berbeda, sudah pasti penyesuaian diri yang dilakukan oleh masing – masing
individu itu sendiri akan berbeda pula.
- Variasi Dalam Pertumbuhan
Dalam
pertumbuhan diri pada satu individu saja bisa terdapat variasi akibat dari
permasalahan – permasalahan yang timbul dari berbagai kesulitan yang dirasakan
oleh individu dalam proses pertumbuhannya itu sendiri. Hal ini jugalah yang
menyebabkan munculnya variasi dalam penyesuaian diri individu untuk mengatasi
dan menghadapi berbagai permasalahan yang ada dalam proses pertumbuhan
tersebut.
- Kondisi untuk Bertumbuh
Faktor
lainnya yang mempengaruhi proses penyesuaian diri individu, yaitu kondisi untuk bertumbuh dimana dapat
dilihat dari jawaban atas pertanyaan yang dapat mewakilinya, seperti: Dimana
dan seperti apa kondisi individu untuk bertumbuh
(Dimana
dan seperti apa kondisi individu untuk bertumbuh) Lingkungan yang berbeda akan
menimbulkan kondisi individu untuk bertumbuh yang berbeda pula, sehingga
menyebabkan penyesuaian diri untuk kondisi lingkungan untuk bertumbuh itu juga
akan berbeda. Misalkan Lingkungan dengan kondisi yang serba kecukupan, kasih
sayang yang diberikan orang tua berlimpah, pola asuh yang demokratis yang
diterapkan oleh orang tua juga akan menciptakan peyesuaian diri dengan kondisi
bertumbuh yang berbeda dengan kondisi lingkungan dimana kebutuhan ekonomi
tercukupi dengan baik, tetapi kasih sayang yang dirasakan oleh individu kurang
serta adanya perasaan diabaikan oleh orang tua. Walaupun dari tingkat yang sama
dilihat dari kondisi ekonomi yang setingkat, akan tetapi banyak faktor lain
yang membuat penyesuaian diri pada individu menjadi lebih kompleks. Apalagi
jika dibandingkan dengan tingkat ekonomi yang jauh lebih rendah, maka
penyesuaian diri sesuai dengan kondisi lingkungan tumbuh yang lain pun akan
berbeda untuk mengatasi berbagai persoalan hidup yang pelik ini.
1.
Stress
a. Arti penting stress
Stress adalah suatu kondisi anda
yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau
sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang
melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang
terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas
dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi
peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional
memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet
sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan
yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
b. Tipe-tipe stress psikologi
-
Tekanan
Biasanya
tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga.
Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan
pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis
bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
-
Frustasi
Suatu
kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya
seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.
-
Konflik
Perbedaan
pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai
suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan
diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok,
bahkna organisasi.
-
Kecemasan
Khawatir,
gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal
seseorang
mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa
kurang
nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
c. Symptom-Reducing Responses terhadap Stress
Kehidupan akan terus berjalan
seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan
terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu
memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme
pertahana diri (defense mechanism)
yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:
1. Indentifikasi
Identifikasi
adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
2. Kompensasi
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi
adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam
menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan
derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi
petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
7. Reaksi
konversi
Secara
singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya
menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi
adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan
ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya
seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh
bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi
yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu
tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial
adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi
pantangannya.
11. Regresi
Regresi
adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi,
ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang
digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi
adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif
(terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung .
d. Pendekatan “Problem-Solving” terhadap Stress
Salah
satu cara dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback,
tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan
sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara
ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada
Tuhan).Meningkatkan Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas
Meningkatkan
toleransi terhadap stres, dengan cara meningkatkan keterampilan kemampuan diri
sendiri, baik secara fisik maupun psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan
diri sendiri bahwa stres memang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan
dialami oleh setiap orang, walaupun dalam bentuk dan intensitas yang berbeda.
sumber:
http://firasworldandlife.blogspot.com/2013/06/penyesuaian-diri-dan-pertumbuhan.html
http://anjaskusuma.blogspot.com/2013/05/penyesuaian-diri-dan-stress.html