a. Pengertian
terapi kelompok
Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan untuk
membentuk perubahan terhadap klien, khususnya perubahan perilaku di dalam
kelompok. Perubahan diarahkan kepada segala bentuk perilaku atau kebiasaan dari
klien yang dianggap tidak bisa diterima atau tidak diharapkan oleh kelompoknya.
b. Cara melakukan terapi kelompok
-
Fase
Prakelompok
Dimulai
dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, criteria anggota,
tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976)
dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi
biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10.
-
Fase Awal
Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya
kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001)
membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam
tiga fase, yaitu forming, storming dan norming.
a) Tahap orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial
masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan
anggota.
b) tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin
perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak
produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c) Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
-
Fase Kerja
Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok
menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota
kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya
diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
-
Fase
Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan
pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan
sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat,
2004).
c. Manfaat terapi kelompok
a) Umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji
kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang
lain.
2. Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan fungsi psikologis,
yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan
perilaku defensive
(bertahan
terhadap stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan
fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
b) Khusus
1. Meningkatkan identitas diri
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan keterampilan hubungan
sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan
kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial,
kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang
masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
d. Kasus yang diselesaikan dalam terapi
kelompok
-
Depresi
-
Permasalahan isolasi sosial atau menarik
diri.
-
Kecemasan
-
Skizofrenia
e. Cari dan rangkum satu contoh yang
menggambarkan terapi kelompok
pada pasien di rumah sakit khusus
daerah provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami isolasi sosial atau menarik
diri, dimana isolasi sosial adalah gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel, sehingga menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan yang bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan pasien berinteraksi sosial.
Sebelum dilakukan terapi kelompok,
semua responden kurang mampu berinteraksi sosial hal ini disebabkan karena
tidak adanya tindakan atau stimulus yang dilakukan yang dapat mengubah pola
perilaku yang maladaptive serta lingkungan yang kurang terapeutik seperti
pasien yang terlalu banyak berada didalam ruang perawatan dan terkadang
mendapatkan tekanan-tekanan dari sesama pasien.
Dari hasil penelitian yang ada,
terdapat pengaruh terapi kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien dalam
berinteraksi sosial dan pasien yang sudah dilakukan terapi kelompok sebagian
besar telah mampu bersosialisasi. Hal ini dikarenakan dalam proses terapi
kelompok, pasien mendapatkan kesempatan untuk belajar cara berinteraksi sosial,
yaitu memperkenalkan diri pada anggota kelompok, cara berkenalan dengan orang
lain, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari.
Dengan melakukan kegiatan tersebut, pasien dilatih untuk tidak menarik diri dan
pasien akan mampu melakukan interaksi dengan orang lain. Selain itu,
dengan bercakap-cakap maka akan terjadi distraksi yaitu fokus perhatian
pasien akan beralih untuk dapat beraktivitas karena dengan beraktivitas klien
tidak akan mengalami banyak waktu luang yang biasanya digunakan untuk
menyendiri yang berakibat pasien menarik diri
Daftar pustaka:
Handout
Psikoterapi oleh Erik S. Hutahaean.
Hasriana., Nur M., & Angraini, S.
(2013). Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan
bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus
daerah provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal. 2, (6), 74-79.
USU institutional repository
Tidak ada komentar:
Posting Komentar