Minggu, 10 Mei 2015

psikoterapi tugas II



a.     Pengertian terapi kelompok
Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan untuk membentuk perubahan terhadap klien, khususnya perubahan perilaku di dalam kelompok. Perubahan diarahkan kepada segala bentuk perilaku atau kebiasaan dari klien yang dianggap tidak bisa diterima atau tidak diharapkan oleh kelompoknya.
b.     Cara melakukan terapi kelompok
-          Fase Prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, criteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok yang ideal dengan cara verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10.
-         Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming dan norming.
a)      Tahap orientasi
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.
b)      tahap konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009).
c)      Tahap kohesif
Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004).
-          Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007).
-          Fase Terminasi
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004).
c.      Manfaat terapi kelompok
a)      Umum
1.      Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2.      Membentuk sosialisasi


3.      Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive
(bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4.      Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
b)      Khusus
1.      Meningkatkan identitas diri
2.      Menyalurkan emosi secara konstruktif
3.      Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.
4.      Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
d.      Kasus yang diselesaikan dalam terapi kelompok
-          Depresi
-          Permasalahan isolasi sosial atau menarik diri.
-          Kecemasan
-          Skizofrenia
e.       Cari dan rangkum satu contoh yang menggambarkan terapi kelompok
pada pasien di rumah sakit khusus daerah provinsi Sulawesi Selatan yang mengalami isolasi sosial atau menarik diri, dimana isolasi sosial adalah gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel, sehingga menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial.
Sebelum dilakukan terapi kelompok, semua responden kurang mampu berinteraksi sosial hal ini disebabkan karena tidak adanya tindakan atau stimulus yang dilakukan yang dapat mengubah pola perilaku yang maladaptive serta lingkungan yang kurang terapeutik seperti pasien yang terlalu banyak berada didalam ruang perawatan dan terkadang mendapatkan tekanan-tekanan dari sesama pasien.
Dari hasil penelitian yang ada, terdapat pengaruh terapi kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien dalam berinteraksi sosial dan pasien yang sudah dilakukan terapi kelompok sebagian besar telah mampu bersosialisasi. Hal ini dikarenakan dalam proses terapi kelompok, pasien mendapatkan kesempatan untuk belajar cara berinteraksi sosial, yaitu memperkenalkan diri pada anggota kelompok, cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan melakukan kegiatan tersebut, pasien dilatih untuk tidak menarik diri dan pasien akan mampu melakukan interaksi dengan orang lain. Selain itu, dengan  bercakap-cakap maka akan terjadi distraksi yaitu fokus perhatian pasien akan beralih untuk dapat beraktivitas karena dengan beraktivitas klien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang biasanya digunakan untuk menyendiri yang berakibat pasien menarik diri





Daftar pustaka:
Handout Psikoterapi oleh Erik S. Hutahaean.
Hasriana., Nur M., & Angraini, S. (2013). Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus daerah provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal. 2, (6), 74-79.
USU institutional repository